Kemiskinan bukanlah
turunan. Jangan diturunkan ke anak cucu dan jangan pula ditularkan ke
para tetangga. Kalimat ini terlontar dari bibir Berry Herlambang.
Sosok pria yang aktif menggiatkan kewirausahaan ini tidak sekedar
membual. Maraknya pengangguran bagi anak usia remaja di pelosok desa
pantai utara Jawa Barat khususnya di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon,
Kabupaten Kuningan, menggungah hatinya untuk berbuat lebih konkret
dari apa yang diucapkannya.
Pemilik lembaga
pendidikan teknik jaya berrindo ini paham betul bahwa kemiskinan dan
pengangguran senatiasa berjalan beriringan bila tidak diretas melaui
pendidikan. Bagi anak desa-desa yang berada diambang frustasi,
pendidikan bagaimana yang pantas diberikan? Tentu saja pendidikan yag
membekalkan kecakapan hidup yang lebih konkret dan cepat menghasilkan
uang demi menutupi kebutuhan sehari-hari.
Lalu, dalam belitan
kemiskinan, bagaiman mingkin anak-anak dan remaja yang putus sekolah
itu bisa mengenyam pendidikan? Jangankan untuk biaya sekolah, untuk
biaya makan sehari-hari saja., mereka harus kerja serabutan pada
perusahaan mebel yang kinipun mulai redup. Bagi anak-anak jalana,
anak-anak buruh pasar, dan anak petani penggarap, sekolah adalah
barang mahal. Selain itu, tata tertib sekolah yang tidak bersahabat
dengan kehidupan mereka malah menjadi sebuah siksaan.
Untuk mengupayakan
layana pendidikan bagi mereka Berry tidak kehilangan akal. Terlebih
akal. Terlebih setelah mendapatkan dukungan dari Direktorat
Pendidikan Kesetaraan Dirjen PLS Depdiknas. Ia merancang sebuah layan
pendidikan yang fleksibel. Sebuah truk Isuzu dirakit sebgai ruang
kelas berjalan. Tiga hari dalam sepekan, mobil box yang mengangkut
perangkat meja-kursi dan computer tersebut mendatangi anak-anak dan
remaja di pelosok desa yang tercatat sebagai warga belajar Paket B
(setara SMP/MTS).
Desa yag dituju
adalah Desa Kaliwungu, Kecamatan Plered, Kecamatan Cirebon dan Desa
Suka Maju, Kecamatan Ciawigebang, Kebupaten Kuningan. Sesampai di
halaman kantor desa-desa yang berjarak 25 kilometer dari pusat kota
Cirebon itu, is box armada diturunkan lalu didirikanlah tenda.
Berlangsunglah aktivitas pembelajaran yang tidak formal.
Agar pembelajaran
tidak monoton pada pengenalan aksara dan angka, materi dikemas
sedekimian ruapa. Sesekali materi dikontekstualkan dengan kehidupan
sehari-hari. Selain tutor, ada kalanya pembawa materi pelajaran
berasal dari kalangan pedagan kaki lima.
Tukang bubur dan
pedagang kelapa muda di sisi jalan kadang-kadang didaulat menjadi
pengajar. Pengalaman merintis usaha kecil dan hitungan dagang dicoba
dibagikan. Kepada warga belajar. Pejabat bank pun pernah ditampilkan
demi membuka wawasan kewirausahaan bagi warga belajar.
Sesekali, anggota
TNI dan Polri juga ditampilkan demi untuk menumbuhkan meyakinkan
bahwa bekal ijazah non formal pun kelak, peluang untuk menjadi
anggota tni/polri tetap terbuka.
Menilik kiprah
Berry belakangan ini, layanan pendidikan luar sekolah yang menekankan
life skill sebetulnya bukan hanya berupa Paket B. Sejak tahun 2005,
selain terhadap 18 warga belajar Paket B yang sudah ikut Ujian
Nasional. Di markas udaranya di Kota Cirebon juga berlangsung rutin
layanan Paket C (setara Sma/Ma) terhadap sekitar 30 remaja.
Muatan
kewirausahaan pada Paket C dipertajam. Sebelum lulus, warga belajar
dipersyaratkan berinteraksi dengan dunia usaha dan masyarakat. Dalam
inteaksi itulah, warga belajar menggali potensi pasar sekaligus
mengenal karakter masyarakat.
Bekerjasama dengan
sebuah perusahaan sepeda motor, pengelola bengkel milik Berry antara
lain mengarahkan warga Paket C untuk mahir mereparasi sepeda motor.
Dengan layanan jemput bola “door to door”, dimungkinkan pula
warga belajar menjadi pedagang sepeda motor. Lama-lama, waraga
belajar akhirnya apaham seluk beluk pengurusan surat-surat kendaraan.
Alhasil, daripada
menjadi pegawai di perusahaan orang lain, para warga belajar itu
terarahkan untuk bekerja mandiri: sebagai montir keliling, pedagang
sepeda motor keliling, dan biro jasa keliling. Inilah salah satu
model pembelajaran fleksibel untuk pengentasan kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar