Banten pada masa
kejayaannya (1552-1672) merupakan salah satu pusat pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya yag mencakupi bidag keagamaan. Para ulama dan
santri dari luar daerah, merasa belum klop kalau belum menuntut ilmu
di Banten. Kejayaan semacam itu tampaknya perlu dikembalikan.
Terutama untuk tempat belajar masyarakat Banten sendiri. Salah satu
caranya dengan mendirika Perpustakaan Banten atau lebih ngetren
disebut Banten Library.
Dengan didirikannya
Banten Library, masyarakat yang selama ini kesulitan mendapatkan
refrensi dan sumber data yang akurat diharapkan akan terdongkrak
permasalahannya. Minat baca masyarakat semakin menanjak dan pola
pikir masyarakat semakin melek menghadapi tantangan dunia yang
semakin global dan rumit. Kalau sudah begitu, masyarakatnya tak pelak
pandai berkelit denga landasan moral dan akhlak beberapa tahun
mendatang.
Hal ini tentu
merupakan kesempatan emas memajukan masyarakat Banten dalam bidang
Literat, sehingga keinginan mendirikan Perpustakaan yang
reprensentatif oleh pemerintah provinsi nampaknya tidak hanya sekedar
menjadi harapan, melainkan kebutuhan. Hal tentang rencana aka
dibangunnya banten Library ini tersirat pada pertemuan anggota Komisi
E DPRD banten pada hari Selasa, 28 Oktober 2004 yang menegaskan bahwa
di provinsi Banten perlu segera dibangun gedung perpustakaan yang
idak saja berisi bahan pustaka yang memuat berbagai ilmu pengetahuan,
tetapi juga mencakup bidang teknologi multimedia yang dapat diakses
masyarakat. Khususnya untuk mengetahui informasi-informasi mutakhir
tentang perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan begitu
masyarakat banten tidak gaptek alias gagap teknologi sebagai penyakit
berbahaya di zaman globalisasi ini. Keberadaan Kantor Perpustakaan
tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomer 33 tahun 2002
menurut versi Peraturan Pemerintah nomor 84 tahun 2000. Tugas
utamanya adalah membantu Gubernur dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan dalam bidang pemerintahan dalam bidang perpustakaan.
Sementara Visi yang ingin diwujudkan adalah, “Menuju masyarakat
mandiri, maju dan sejahtera yang sadar informasi, dilandasi
nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya Banten.”
Dengan adanya visi
itu, diharapkan perpustakaan tidak saja berperan sebagai pusat
kegiatan membaca dan belajar masyarakat tetapi juga dapat berperan
sebagai pusat pengkajian dan dan pengembangan keilmuan. Dengan adanya
perpustakaan. Masyarakat Banten nantinya akan memiliki kesempatan
yang luas untuk membaca, belajar, mengkaji dan mengembangka ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dilihat dari para
pelaku perpustakaan di masyarakat, jelaslah sudah masyarakat
membutuhkan kajian literatur yag lebih global. Masyarakat membutuhkan
informasi dari dunia luar yang tidak cukup jika hanya mengandalkan
televise dan radio. Kini, tinggal menyiasati bagaimana membuat mereka
rajin mengunjungi, sehingga perpustakaan menjadi sebuah tempat yang
digandrungi. Otomatis, minat baca masyarakat pun akan tampak disana,
Hal yang bisa
dijadikan pemikiran awal mengenai Banten Library adalah pemilihan
tempat, meski kesadaran dari perorangan untuk membaca pun nyerempet.
Beberapa orang narasumber secar alngsung bahwa lokasi didirikannya
Banten Library berada di pusat kota, tidak jauh dari kawasan
masyarakat berlalu lalang. Kalau tidak disekitar jalan Ahmad Yani,
sekitar Alun-alun pun jadi. Banguna bersejarah, daripada dibiarkan
terlantar malah hendak dibongkar untuk dibangun mall, lebih baik
dijadikan tempat pilihan untuk perpustakaan. Proses belajar dan
mengkaji sejarah terjadi disini.
Disamping
perpustakaan, juga bisa disediakan semacam kafe mini,
sehinggapengunjung bisa membaca buku sambil minum dan sedikit
cemilan. Fasilitas lain yang perlu ditunjang adalah keberadaan
internernet serta warnet. Jikalau ada pengunjung yang tidak bisa
mendapatkan data yang tepat bersumber dari buku, bisa memanfaatkannya
dengan mengakses berbagai situs menarik untuk melengkapi referensi.
Tentu saja, tempat yang hendak digunakan dibuat senyaman
mungkin,sehingga pengunjung bisa menikmati keberadaannya di Banten
library tiap menit. Halaman yang hijau dan asri, akan semakin menarik
pengunjung untuk datang ketempat ini. Dengan demikian, beberapa
fungsi dari perpustakaan yang representative akan terjadi.
Menyediakan bacaan dasar, membawa informasi dan pengetahuan baru,
melestarikan adat istiadat dan banguna bersejarah sambil santai.
Hal penting lain
yang perlu dilakuakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang
didirikannya perpustakaan ini. Cara ini mau tak mau dilakukan dengan
dalih agar masyarakat mengetahui dan tak segan datang ke perpustakaan
itu. Istilah ini popular dengan sebutan KAmpanye Perpustakaan. Bisa
dilakukan lewat media cetak, radio, pamphlet dan sticker yang biasa
ditempel di pintu angkutan kota. Lewat jalur sekolah, atau di dunia
praktisi pendidikan, dewan guru bisa menginformasikannya kepada siswa
dan orang tuanya, atau justru mengajak mereka pergi bersama-sama.
Mengadakan wisata baca sambil memahami sejarah disekitar mereka.
Tentu
saja, keberadaan Banten Library yang kompleks ini menjadi amat
dibutuhkan oleh masyarakat, mengingat belasan atau puluhan tahun
mendatang, hidup kita akan berubah drastic dari sekarang. Saat ini
saja, didepan layar monitor internet, dengan mengklik dan menekan
sejumlah tombol kita saksiskan orang-orang dengan mudah mengakses
hampir segala refrensi dan ensiklopedi. Banten Library, saat ini
memang sudah menjadi kebutuhan agar tercapai harapan Bnaten gemilang
di masa mendatang. Kalau tak mengadakan perombakan, entah seperti apa
nasib Banten beberapa tahun kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar