Minggu, 01 Desember 2013

Bekal Kecakapan Buat Santri

Setiap hari, warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan berkumpul dirumah Ny. Hadi Suparto yang terletak di Kepatihan Kulon, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Maklum, dirumah yang akrab dengan kajian-kajian keagamaan itu terdapat Pusat Kegiatan Beljar Masyarakat (PKBM).
Macam-macam aktivitas warga mulai belajar menjahit, membordir, mendesaign mode, smpai merangkai bunga. Mereka juga membuat hantaran pengantin, tata rias pengantin, catering, dan sablon.
Dirumah itu pula, puluhan siswa dari luar kota menumpang mondok untuk memperdalam kajian islam dan meraih kecakapan hidup lewat Pendidikan Kesetaraan. Tak heran jika ada orang yang menyebut tempat itu secara beda. Ada yang menyebut sekolahan, tempat kursus, pabrik, da nada pula yang menyebut kos-kosan. “ Siswa yang belajar menjahit saja lebih dari 50 orang. Di antara mereka, ada yang belum pernah saama sekali mengenyam bangku sekolah, siswa sekolah yang drop out sekolah, sarjana, dan bahkan tidak sedikit yang lulusan S2.” Ujar dia
Keragaman latar belakang, menunjukkan beragam pula motivasi mendalami sejumlah keterapilan rumah tangga itu. Ada yang sekedar mengisi waktu menunggu anaknya sekolah TK, ada pula yang snagat menggantugkan masa depan dari ilmu yang diperolehnya.
Sejak suaminya meninggal pada 1978, ibu enam putra yang semula bekerja di Rumah Sakit (Rs) itu berfikir mencari pekerjaan lain agar bisa menghidupi keluarganya. Berbekal ketrampilan menjahit yang dikuasainya, dia keluar dari perawat RS, dan memilih membuka usaha jahitan. Keterampilan rumah tangga yang dianggap sebagian orang remeh, ternyata kalau ditekuni membuakan haisl yang lumayan. Buktinya, sebagaian besar lulusan PKBM itu bisa mencukupi kebutuhann dapur dengan membuka usaha jahit, merangkai bunga, catering, dan border.
Simak pengakuan Ning (27), sarjana akuntansi dari sebuah perguruan tinggi di Semarang. “Sembari menunggu pengumuman ujian seleksi calon Pegawai Negeri Sipil (PNS), taka ada salahnya mengikuti kursus menjahit. Uang tak akan jatuh dari langit.” Ujar salah satu siswa kursus menjahit, menceritakan motivasinya.
Setelah lulus beberapa tahun lalu, sudah berpuluh lamaran dikirimnya ke berbagai instansi. Tapi harapan tinggal harapan, surat panggilan tak kunjung diterima. Sembari menunggu pengumuman, dia belajar keterangan di PKBM yang dikelola Ny Hadi Suparto. Bila tidak diterima CPNS tahun ini, Ning akan membuka usaha jahitan sendiri.
Tak jauh beda dengan Ning, Suryono Arif Wijaya ST. setelah lulus sebagai Sarjana Teknik Mesin, dia tak mencari pekerjaan kantoran, tapi aktif di Pusat Informasi dan Jaringan Pemasaran (Pijarmas) Nur Arief, sebuah lembaga pemasaran yang menjual barang-barang produksi rakyat se-eks karesidenan Surakarta.
Lembaga itu dibimbing Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo dan Dinas P Dan K Jateng. Menempati sebuah kios di JL Papangan, sidomulyo, makamhaji, kartasura, Pijarmas Nur Arief, kelompok Belajar Usaha (KBU) , dan Kelompok Belajar Masyarakat. “Disini masyarakat bisa mendapatkan alat peraga edukatif, mainan kayu, batik tulis, konveksi pakaian, aneka makanan oleh-oleh , dan barang-barang kebutuhanrumah tangga, dengan harga yang lebih murah dibanding harga toko,” papar dia.
Di jateng terdapat 1.490 orang yang tergabung dalam kelompok belajar usaha, dan 11.120 orang ikut dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Di luar itu, masih ada 12.512 orang mengikuti kursus pendidikan luar sekolah lainnya. “sampai akhir 2004, sebanyak 3.621.341 penduduk Jateng masih buta huruf. Terbanyak menimpa kelompok masyarakat berusia 45 tahun ke atas, yakni sebesar 2.875.294 orang. Disusul kelompok usia 10-44 tahun, yang mencapai, yang mencapai 746.047,” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar